Sunday, June 01, 2008

Cinta Abadi

Kutipan ini diambil dari blog-nya Mbak Mia.

”Tolong angkat Papap, mau cium Mamam sebentar,” ujar eyang jauh saya kepada anaknya. Pemandangan yang sangat mengharukan, eyang Kakung ini sudah stroke 5 tahun. Untuk mengangkat tubuh dari kursi roda, sudah tidak sanggup. Sementara istrinya selama ini sehat-sehat saja. Setia merawat sang suami.

Tiba-tiba bulan lalu, sang istri, eyang Uti lemas, pucat, lesu, dibawa ke dokter, stadium lanjut menyerang salah satu anggota tubuhnya. Begitulah, keluarga sepakat tidak mau kemoterapi, mengingat usia sudah lanjut. Selama 2 pekan ini, tiap jam 3 sore, dengan mengayuh kursi roda, sang Kakung membesuk di Rumah Sakit, mencium wajah, dan mendoakan istrinya. Kemudian, selesai mencium, Kakung minta ditinggalkan berdua saja di kamar dengan Uti, dia akan berbagi cerita untuk beberapa jenak.

Lepas 50 tahun usia pernikahan mereka. Banyak doa dari saya untuk Kakung Uti ini. Banyak pelajaran dari kisah mereka.

Ketika akhirnya sang eyang Uti berpulang, Mbak Mia menulis ini.

Kakenda dan Nenenda yang sudah lewat 50 tahun usia pernikahan, tetap setia satu sama lain. Kakenda setia menanti jam 3 sore, saat membesuk Nenenda, begitu pula sebaliknya. Mereka menikmati kebersamaan dalam cinta dan sayang sampai akhir hayat. Saya ingat, sejak kecil, Mama cerita, bahwa Kakenda hanya mau makan sambal buatan Nenenda, sambal dadak, yang harus mendadak diulek. Wuih, segitu cintanya ya?

Terus terang aku tercekat membaca postingan Mbak Mia kali ini. Ada rasa haru. Kelak aku dan suamiku bisa begitu nggak ya? Benar-benar saling menyayangi sampai akhir hayat. Benar-benar setia sampai maut memisahkan.

Aku orang yang cengeng. Dalam buku Chicken Soup for the Couple Soul, aku sampai mewek baca kisah-kisah semacam ini. Sejujurnya, ada rasa iri luar biasa pada pasangan-pasangan yang bisa menjaga cinta sampai titik terakhir. Ketika biduk rumah tangga sudah dikayuh berpuluh-puluh tahun lamanya, masih ada romantisme hangat yang menguar dari keduanya. Dan rumah tangga seperti itu bukan hanya dibangun melulu di atas cinta. Ada nilai kesakralan yang jauh lebih tinggi daripada sekedar cinta. Rumah tangga yang seperti itu... ada kesetiaan yang kental, ada persahabatan yang manis, ada kepercayaan yang menggunung, ada perasaan saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Hingga cinta tak hanya hinggap di antara mereka berdua, tapi juga nyata dirasa oleh anak cucu, bahkan oleh orang asing sekalipun yang mendapat kehormatan menjadi saksi cinta mereka.

Aku juga ingin rumah tangga yang seperti itu.

*huaaaa, jadi kangen suamikuuu*

No comments:

Post a Comment