Saturday, June 02, 2007

Pernikahan

Rabu, 18 April 2007

Sekarang aku paham kenapa bagi sebagian orang, saat pernikahan adalah saat-saat yang menyedihkan. Tadinya aku bingung kok bisa begitu. Ternyata setelah mengalaminya sendiri, aku jadi benar-benar paham sekarang.

Begitu banyak air mata, salah paham, pertengkaran, dan keletihan. Dengan banyak orang yang membantu saja rasanya sudah berat, apalagi dengan personil minimum seperti pernikahanku sekarang… Setiap hari serasa bagai single fighter buat Mami, Papi, aku, dan Yesti. Dan di tengah keletihan seperti itu, segala hal bisa terjadi. Meski kita sudah berusaha menahan diri sekalipun. Belum lagi penyesuaian dua keluarga besar yang kadang menimbulkan gesekan, karena berasal dari latar belakang yang berbeda. Ternyata tak semudah teori. Butuh ekstra kesabaran.

Ya sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang masanya menatap masa depan.

Di hadapan aku dan (calon) suamiku, terbentang jalan yang sangat luas, yang terserah kami bagaimana akan menjalaninya. Karena tergolong masih muda, tentu kami masih gamang. Termasuk tentang karir apa yang akan dijalani, tentang di mana akhirnya kami akan menetap, tentang anak... weiiii, rasanya masih jauh sekali...

Belakangan ini aku merasa gamang soal keputusan Mas Catur untuk pindah kerja. Mulai dari nol lagi, berharap-harap cemas mengenai nasibnya di tempat yang baru, akan ditempatkan di mana nantinya... padahal sudah ada rumah di Cikarang yang KPR-nya bahkan masih dicicil. Gambaran kehidupan yang mulai terbayang dan tertata dalam benak, kini jadi tak teratur, gelap, serta tak pasti. Suatu hal yang sangat tak nyaman buat tipe melankolis yang serba teratur dan terencana seperti diriku.

Aku masih belum tahu akan seperti apa akhirnya nanti. Tadinya aku sempat uring-uringan, tapi kini aku ingin belajar dewasa. (Calon) suamiku seorang yang hebat. Tak adil rasanya kalau potensinya tidak berkembang hanya karena menuruti egoku. Lagipula aku belum (atau tidak?) bekerja, masih bisa lah mengikuti ke mana saja ia pergi. Toh di manapun ia berada, di situlah rumah bagiku.

Di belakang seorang laki-laki hebat, selalu ada perempuan hebat. Dan aku ingin jadi perempuan hebat itu.


No comments:

Post a Comment