Wednesday, December 07, 2005

Berdamai Dengan Diri Sendiri

”telah kulepaskan engkau...”

Ada suatu masa dalam hidupku ketika aku menyadari bahwa aku tidak mencintai diriku sendiri. Lembar demi lembar perjalanan meninggalkan luka yang begitu dalam, digoreskan oleh orang-orang terkasih. Telah lama aku menutup hatiku, karena begitu takut dilukai kembali. Menutup rapat... hingga akhirnya aku bahkan tak bisa merasakannya.

”ada danau warnanya hitam... ada pohon warnanya hitam... ada bunga warnanya hitam...”

Hari-hari yang berlalu seolah tak berarti. Dunia tak lagi indah karena aku merasa tidak dicintai. Entahlah, kadang pikiran seolah mengunci mati hatiku. Membuat asumsi-asumsi sendiri, hingga berujung pada prasangka.

”lembah yang dingin dan sunyi...”

Aku selalu menyukai kesendirian. Kadang aku berpikir, aku menemukan rumah dalam kesendirian. Atau... kesendirian yang menemukan rumah dalam diriku? Pikiranku salah. Zona nyaman itu tak selamanya nyaman. Hatiku masih bisa berteriak, tentang sebuah keinginan untuk didengarkan, dicintai, dan didukung. Memang benar aku menyukai kesendirian, tapi kesendirian mengajarkanku tentang kesepian dan keterasingan. Sungguh aku takut karenanya.

”karena hati adalah hati...”

Ya, Kawan. Kau benar. Hati adalah hati. Hati butuh untuk memberi dan diberi. Berbagi itu indah rasanya. Aku menemukan semangat luar biasa dalam tepukan pelan di punggung, genggaman nyaman, dan senyum hangatmu. Aku menemukan arti mencintai dan dicintai. Hingga akhirnya aku mampu berdamai dengan diriku sendiri.

[Buat buddy-ku di SIAware 8: you’re such an amazing person. Kamu bener-bener orang yang hebat, kamu tahu itu? Kamu dalem banget. Thanks udah ngajarin aku sesuatu.]

No comments:

Post a Comment