Sunday, March 27, 2005

Kesal

Saya paling benci jika ada orang yang mengatakan bahwa saya menyukai sepakbola because of the players. Betapa jengkelnya saya, bertemu dengan orang yang mengatakan sesuatu tanpa dasar. Bukankah itu sama saja halnya dengan memfitnah?

Saya suka sepakbola karena berbagai alasan, dan 'kegantengan pemain' jelas bukan salah satunya. How pathetic I am, jika alasan ABG seperti itu jadi alasan utama saya menjadi pecandu sepakbola. Kalaulah saya hafal nama-nama pemain atau pelatih, tentu bukan karena mereka ganteng. Tapi karena mereka pasti punya teknik atau talenta hebat di cabang olahraga yang satu ini. Dan saya rasa, hafal dengan nama-nama bukanlah sesuatu yang mengejutkan, mengingat hampir tiap hari saya menonton siaran pertandingan (langsung maupun tunda), membuka situs klub, membuka milist rekan-rekan suporter, menonton preview dan highlight sepakbola, membaca berita harian tentang sepakbola, membaca tabloid mingguan tentang sepakbola, juga berdiskusi dengan sesama rekan pecinta sepakbola.

Seorang teman yang memahami kekesalan saya ini menghibur saya dengan berkata kurang lebih seperti ini, "Ya, saya tahu. Kalau masalah nama-nama, toh kamu juga hafal dengan nama-nama pemain yang menurut saya tidak populer, yang bahkan saya pun tidak tahu."

Hhh, semoga kekesalan ini tak lagi terulang.

Monday, March 21, 2005

Pilihan Hidup

Entah mengapa, belakangan ini saya sering sekali merenung tentang pilihan hidup. Mau ke mana sebenarnya saya? Apa sebenarnya yang saya inginkan?

Alangkah beruntungnya saya bila saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan pasti. Berkata mantap, "Yes, this is what I want!!"

Pikiran saya lantas melayang ke Anya Sun Corke dan Cristiano Ronaldo. Anya, 15 tahun, pemegang gelar Woman Grand Master termuda di dunia di bidang catur, mengatakan tidak pernah menyesal bahwa ia telah menghabiskan seluruh masa kecilnya dengan melulu bermain catur. Gadis manis berkaca mata minus ini mengaku, tidak ada yang hilang dari masa kecilnya gara-gara catur. Ia bahkan dengan bangga berkata, "Caturlah yang telah membawa saya keliling dunia." Ia juga dengan tegas mengatakan menyukai cara belajarnya yang tanpa sekolah formal itu. Dengan sistem home schooling, ia mengaku lebih terarah belajarnya. "Banyak hal-hal tak perlu yang dipelajari di sekolah biasa. Membuang-buang waktu. Dengan sistem home schooling, saya hanya belajar pelajaran-pelajaran yang benar-benar bermanfaat buat saya." Tak usah heran, kedua orang tuanya adalah profesor. Maka si kecil Anya pun dengan sukses menjalani pilihan hidupnya sendiri dengan dukungan orang-orang yang dicintainya.

Beralih ke Cristiano Ronaldo. Siapa tak kenal si 'wonder kid' ini? Sejak usia sangat belia, ia sudah menasbihkan diri untuk bergelut di cabang sepakbola. Dengan talenta yang luar biasa, ia telah bergabung dengan tim profesional klub Sporting Lisbon pada usia 12 tahun!! Dan pada usia 18 tahun, ia telah memecahkan rekor transfer dunia dengan menjadi pemain remaja termahal kala ditransfer oleh Manchester United, klub terkaya di dunia. Pada usia 19 tahun, ia telah bergabung dengan tim nasional Portugal bersama para pebola senior seperti Luis Figo, Rui Costa, dan Deco Souza. Kini pada usia 20 tahun, ia telah memegang posisi inti, baik di timnas Portugal maupun di Manchester United. Prestasinya ini tentu tak lepas dari kegigihannya untuk berjuang menjadi pebola profesional. Sebuah jalan panjang yang dirintis sejak kecil, yang diawali dengan sebuah pilihan hidup yang mantap pada hal yang benar-benar ia sukai.

Hmm, lalu bagaimana dengan saya? Sampai sekarang, saya tak pernah punya keberanian untuk bersuara lantang tentang pilihan hidup saya. Jangankan bersuara lantang, jalan hidup seperti apa saja belum terlalu terbayang. Kalaupun satu dua kali hal itu terlintas dan kebetulan saya punya keberanian untuk menyuarakannya, saya selalu surut dan tunduk kembali dengan tuntutan-tuntutan lingkungan saya.

Lalu saya jadi berpikir, untuk apa sebenarnya saya ada di sini sekarang? Apakah ini betul-betul pilihan hidup saya? Cita-cita saya? Keinginan saya? Jangan-jangan, apa yang selama ini saya lakukan adalah semata keinginan-keinginan orang lain? Semata-mata karena tidak ingin mengecewakan orang lain? Lalu dengan tak berdayanya mengubur impian sendiri dalam-dalam? Kalau demikian halnya, betapa menyedihkannya saya...

Saturday, March 19, 2005

Tatkala Letih Menunggu

(lirik lagu oleh Ebiet G. Ade)
menunggu adakalanya terasa mengasyikkan
banyak waktu kita miliki untuk berfikir
sendiri seringkali sangat kita perlukan
meneropong masa silam yang telah terlewat

mungkin ada, apa yang kita cari
masih tersembunyi di lipatan waktu yang tertinggal
mungkin ada, apa yang kita kejar
justru tak terjamah saat kita melintas
menunggu lebih terasa beban yang membosankan
banyak waktu kita terbuang, tergilas cuaca
sendiri seringkali sangat menyakitkan
meneropong masa depan dari sisi yang gelap

mungkin ada, apa yang kita takuti
justru t'lah menghadang di lembaran hari-hari nanti
mungkin ada, apa yang kita benci
justru t'lah menerkam, menembusi sudut jiwa kita

memang seharusnya kita tak membuang semangat masa silam
bermain dalam dada
setelah usai mengantar kita tertatih-tatih sampai di sini

Asa

Karena sesungguhnya kehidupan punya caranya sendiri untuk menunjukkan pada dirimu
Bahwa kau akan menemukan sesuatu teramat istimewa di luar sana
Tak peduli berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mencapainya
Tak peduli seberapa letih dirimu meretas langkah ke arahnya
Ia akan selamanya berada di sana, menanti tangan-tangan mungilmu mendekapnya
Maka tersenyumlah, tengadahlah, melangkahlah, berlarilah!
Bersama segenap jiwa semesta yang mencintaimu, sungguh kau akan meraihnya

Fakta Lucu

Tim nasional yang selalu memiliki permainan indah dan hampir selalu juara => Brasil.
Tim nasional yang selalu memiliki permainan indah dan jarang juara => Belanda.
Tim nasional tanpa permainan indah tapi (anehnya) juara => Yunani.
Tim nasional tanpa permainan indah dan jarang juara => wah, kalau ini mah banyak, termasuk Indonesia :p

Football is Life

Beberapa waktu yang lalu, di dunia maya, saya tak sengaja bertemu teman lama. Kami sudah hampir empat tahun tidak bertemu. Alih-alih saling bertukar cerita, kami malah asyik berbincang tentang sepakbola, satu topik yang sangat menyita perhatian kami. Saat itu, teman tersebut sedang bersiap akan menginap di kantornya untuk menyaksikan pertandingan derby antara Manchester United dan Manchester City, hanya karena televisi kantornya sangat lebar. “Plasmanya gede, biar asyik nontonnya,” begitu katanya.

Buat saya: football is life. Bertahun-tahun yang lalu saya menyukai sepakbola untuk pertama kalinya, dan sampai saat ini, banyak sekali hal yang dapat saya pelajari dari sepakbola. Bahkan untuk seorang introvert seperti saya yang sangat sulit menemukan topik pembicaraan yang nyambung dengan banyak orang, sepakbola menjadi solusi.

Sepakbola bukan perkara biasa. Bukan hanya perkara mencari lahan kosong, memasang gawang, lalu membagi kelompok menjadi dua tim seperti yang kita lakukan di masa kecil. Sepakbola bukan sekedar permainan berebut dan menceploskan bola. Sepakbola punya lebih dari itu: di dalamnya tersaji drama dan lakon tentang manusia dan kehidupan. Terlalu berlebihan? Ah, tentu tidak. Sepakbola adalah pesta. Sarat prestasi, penuh prestise, dan glamour. Sepakbola adalah permainan yang ikut menentukan martabat bangsa dalam pergaulan internasional.

Tak heran jika negara-negara menempatkan olahraga ini dalam posisi terhormat. Olahraga paling populer di dunia ini dijadikan sarana menjembatani perbedaan suku, bangsa, ras, bahasa, dan kebudayaan. Sepakbola dianggap paling pas, bisa diterima semua pihak, untuk menyatukan masyarakat yang multikultural. Segala perbedaan itu diharapkan bisa mencair dengan memakai satu bahasa yang sederhana dan universal, sepakbola. Sebut saja misalnya, kampanye antirasisme yang kini sedang didengung-dengungkan di Eropa atau kampanye Football for Hope yang beberapa waktu lalu dilakukan untuk membantu korban tsunami di Asia Tenggara.

Pada era yang kian global, sepakbola tradisional lambat laun telah menjadi sebuah industri komersialisasi yang dijaga agar tetap beradab. Inggris, sebagai negara asal sepakbola modern, adalah salah satu contoh negara yang sukses dengan komersialisasi sepakbolanya, jauh lebih sukses dari negeri-negeri saingannya seperti Italia, Jerman, Spanyol, atau Perancis.

Pemerintah mengurus sepakbola dengan sangat serius. Stadion-stadion dibangun, klub-klub dihidupkan, kompetisi dimeriahkan, pertandingan disulap semenarik mungkin. Hingga tercipta atmosfer sepakbola yang ramah, hangat, mempesona, dan megah.

Seabad lebih Inggris membangun sepakbolanya. Sejak Football Association (FA) berdiri tahun 1863, Inggris perlu waktu 129 tahun untuk menemukan konsep kompetisi modern bernama The FA Premier League tahun 1992. Konsep ini –diakui atau tidak– didasari keinginan klub Inggris untuk memperkaya diri. Mereka sadar bahwa produknya laku dijual. Dengan kompetisi berkualitas, mereka merayu pelaku ekonomi yang bisa mendongkrak pendapatan mereka.

Sejak itu, sepakbola Inggris –juga negara-negara sepakbola lain di Eropa– makin mewah. Klub-klub elit menjadi rebutan. Perusahaan besar berebut mencantumkan nama atau logo di kostum klub. Jaringan televisi yang menyiarkan pertandingan ke seluruh dunia membuat sepakbola menjadi papan reklame yang berharga mahal. Bintang-bintang sepakbola dunia mengatrol gengsi kompetisi tinggi-tinggi. Suporter makin betah berlama-lama di stadion mendukung klub kesayangannya sembari disuguhi aksi-aksi memikat. Penjualan tiket, hak siar televisi, bisnis merchandise, semuanya makin memperkaya klub-klub besar dunia itu.

Namun, para pelaku sepakbola juga tidak lupa daratan. Jauh dari maksud melacurkan pertandingan demi kepentingan bisnis semata, mereka tetap menjaga prinsip-prinsip dasar sepakbola. Mereka tetap khawatir dengan fenomena banjir pemain asing sehingga dibuatlah cara supaya tetap ada bintang lokal yang muncul ke permukaan. Mereka masih tetap mengedepankan nilai-nilai fair play dan sopan santun di lapangan sehingga tingkah laku bintang-bintang lapangan hijau tetap disoroti dengan kritis. Bahkan, kini kebijakan-kebijakan baru tentang suporter juga diberlakukan agar tidak menodai semangat sepakbola, seperti menindak tegas para suporter yang berbuat ulah dan menjatuhkan denda pada tim suporter yang bersangkutan.

Di atas semua itu, hal terpenting dari sukses komersialisasi sepakbola tetaplah bersandar pada hukum alam sepakbola, yaitu prestasi. Satu-satunya cara meraihnya adalah dengan tetap memutar kompetisi yang teratur, terorganisir, dan teruji kualitasnya, serta tetap melakukan pembinaan yang berkesinambungan. Sepakbola kini memiliki ajang sendiri-sendiri di tiap kancah, baik internasional, regional, maupun lokal.

Meskipun banyak kalangan memiliki pandangan skeptis bahwa padatnya kompetisi membuat tim-tim sulit berprestasi, kita tidak bisa menafikan peran penting ajang-ajang kompetisi ini. Lewat kompetisi-kompetisi yang bertebaranlah, para pelaku sepakbola mengecap berbagai pengalaman dan membuka diri terhadap pola-pola permainan baru yang lebih modern, atraktif, dan dinamis, sehingga mereka tidak hanya berkutat pada satu ciri pola lama saja.

Dengan adanya profil klub-klub ideal yang pandai mencari celah bisnis untuk menarik keuntungan besar tetapi tetap konsisten menjaga prestasi, hajatan sepakbola mencapai puncaknya. Inilah kesuksesan yang lahir dari keseriusan mengurus permainan yang sebenarnya sangat sederhana ini. Pesta (ideal) yang terlaksana pun menjadi pesta yang tanpa ribut-ribut atau baku pukul di lapangan. Pesta yang membuat semua orang bersorak gembira, melupakan sejenak kepenatannya, dan membiarkan semua perbedaan mencair sembari menikmati suguhan yang memikat. Dari sepakbola kita belajar tentang sportivitas, tentang semangat berprestasi, tentang profesionalisme, juga tentang cinta…

Thursday, March 17, 2005

(Little) Birthday Gifts

Pada awalnya, saya berpikir tidak akan menjadikan 15 Maret sebagai hari istimewa. Toh hari itu datang setiap tahun. Tapi ternyata ada juga perhatian-perhatian kecil yang menceriakan, membuat saya merasa hari itu sedikit istimewa. Dua puluh tiga tahun. Kalau pemain sepakbola, 23 tahun itu usia produktif. Seharusnya sudah mampu memberi arti, memberi warna. Mengantarkan tim ke tangga juara.
Selain itu, ternyata ada juga kado-kado kecil lain. Selama tiga hari saya tergolek sakit, mulai sehari sebelum 15 Maret hingga sehari sesudah 15 Maret. Sebuah peringatan yang lain tentang memaknai kondisi raga. Dan tentu saja, kado yang menyenangkan: kemenangan telak 4-0 Manchester United mengalahkan Southampton, yang membawa mereka bertemu Newcastle United di semifinal Piala FA nanti.

Birthday Wishes

“Aslmkm.Slamet ultah Yus.Carpe diem,memento mori.smoga hdupmu lbh brmakna,smoga ridho dan hidayah dari-Nya lbh trcurah.” (Salim, Senin 14 Maret, 18.00)

“yuuus, met ultah ya...mg2 panjang umur, tambah sukses, cepet lulus, cpt dpt kerja, cpt married hehehe (ntar ak diundang lho ya...awas lek sampek lali!!!). oya ojo lali jg traktirane...ditunggu slalu lhooo!!!!” (Probo, Senin 14 Maret, 18.20)

“Happy new year!smoga tetap smangat&istiqomah d jln 4JJI.jgn lupa olahraga&bli tisu.ps:Lg ga mood ngomongin bola,duh” (Fatimah, Selasa 15 Maret, 00.10)

“Ass.In really your day, may 4JJI bless u in your nEw agE n always lEads us in 4JJI’s way. HAPPY BIRTHDAY 23 th YK..Wish u a very beautiful day..” (Ratna, Selasa 15 Maret, 04.24)

“Yustika,met ultah yo.. moga umur ini bkl mbawa byk rahmat n ridho drNya.. hope u all d best -c”,)-” (Naning, Selasa 15 Maret, 04.56)

“Goodmorning mba IKA HAPPY B-day Ya.Mg dgn bertambahnya usia mba,mba makin dewasa,makin dekat ma ALLAH.Selamat ulang tahun ya mba ika” (Dik Nita, Selasa 15 Maret, 05.02)

“ass yustik, met milad, bner kan? Smga dmudahkan dlm mendapatkn yg trbaik (rezki, jodoh, MU), dan sisa umurnya smg lebih berkah, salam dari moko skeluarga” (Prihatmaka, Selasa 15 Maret, 05.32)

“Ya ALLoh,anugrahkn umur panjang pada adeku dg slalu b’laku taat pdMu&akhirilah umurny dg melakukn pbuatan yg tpuji srta berikn hanya yg tbaik utkny.Met MILAD…” (Mbak Ida, Selasa 15 Maret, 07.37)

“Ika met ultah ya..mg2 pjg umur,lancar rejeki,tmbh sholihah..amin3 -yeni” (Mbak Yeni, Selasa 15 Maret, 08.00)

“Genk Wabule meng ucapkan : SELAMAT BERULANG TAHUN Semoga slalu sukses dan bahagia.” (Warung Buku Lesehan, Selasa 15 Maret, 08.03)

“Met met ulangtahun,smoga sgala resah gundah musnah, tgantikan ktetapan mlangkah,mlwti badai gelisah, mnuju cahaya cita2” (Yuti, Selasa 15 Maret, 09.46)

“Yus,hari ini km mengulang taun lg kan? ;) Selamat ya..Smg makin dcintai 4JJI.Be my friend 4ever yus.. Miss u.” (Ilma, Selasa 15 Maret, 10.42)

“teteh chayank... met milad ya... afwan ga ngasih kado... cuma bisa ngasih doa...” (Riska, Selasa 15 Maret, 18.37)

“Haa,yus met ultah ya!! Maap telat neh. Boleh titip ayam nanking ma nasi 1/2. Thku ya. Kalo ga ada mie goreng aja.” (Mbak Dini, Selasa 15 Maret, 19.50)

“Selamat ulang tahun,ya!Semoga: 1.Panjang umur 2.Sehat selalu 3.Pantang menyerah 4.Apalagi ya?Pokoknya tambah yg baek2 deh!=>” (Yesti, Selasa 15 Maret, 21.10)

“Sori telat!met ultah y tetehku yg lucu,rame n seru,smg Allah slalu menerangi hari2mu,mmdhkn urusanmu,mmbrkn smgt tuk trs brjuang pd tiap hr yg dilalui.caiyo!” (Ulfah, Rabu 16 Maret, 08.46)

“Ass, maaf telat. Met ultah yo. Smoga selalu dalam lindungan-Nya, dan smoga selalu mendapatkan yg terbaik. Amin Wass” (Mas Didik, Rabu 16 Maret, 15.54)

“Tua itu pasti! Dewasa itu pilihan. Waktu bagai mata pisau yg kadang mengiris kt saat kita lalai. Lantas apa yang telah kita ukir diatas batang yang semakin tumbuh. Adakah ukiran kalimat2 4jji sebagai tiket reuni di jannah ataukah tulisan kesiaan yang membawa kita kedalam nar yg tak diinginkan. Selamat hr lahir!” (Kiki, Kamis 17 Maret, 06.04)
(Dua puluh tiga periode merentang masa hingga lima belas maret, seharusnya sudah bisa menjadi peringatan. Thanks, Guys!)