Sejak awal aku menikah, aku sudah sadar sepenuhnya kalau aku menikahi orang yang benar-benar sayang dan baik padaku *hehehe, bukan GR lho*. Makin hari, kesadaran ini makin nyata. Terutama ketika aku hamil. Meskipun terpisah jarak dan waktu, hal itu tak pernah menghalanginya untuk "melayaniku". Dia selalu dengan senang hati peduli padaku, memijat punggungku, membuatkan aku susu, mengupaskan buah, menyuapiku makan, mengambil alih pekerjaan rumah tangga, dan seabrek kebaikan lainnya.
Ketika aku melahirkan, suamiku juga mengantar, menunggui, dan menguatkan di kala aku kesakitan. Mungkin ini terdengar seperti komitmen yang biasa dilakukan seorang suami. Tapi sungguh, dia tampak seperti pahlawan di mataku karena mendampingi aku dari awal hingga akhir.
Ketika aku dan Hanif pulang ke rumah, sikap pahlawannya pun bertambah-tambah. Dia masih dengan senang hati peduli padaku, memijat punggungku, membuatkan aku susu, mengupaskan buah, menyuapiku makan, dan mengambil alih pekerjaan rumah tangga. Dia juga selalu jadi yang pertama bangun ketika Hanif menangis malam-malam, mengganti popok, atau menggendong Hanif kepadaku untuk kususui. Benar-benar breastfeeding father sejati.
Yang paling menggembirakanku adalah... dia pendukung utama program ASI eksklusif-ku. Padahal dulu aku pernah sangsi. Dia-lah orang yang meyakinkanku bahwa aku bisa memberi ASI eksklusif pada Hanif di saat orang-orang meragukan, bahkan di kala aku sendiri hampir menyerah: akan memberi Hanif susu formula ketika harus kutinggal dua hari satu malam untuk acara pernikahan kakakku.
Ah, andai suamiku selalu ada di sampingku untuk bersama-sama mengasuh, merawat, dan membesarkan Hanif. Bahkan kala aku cuti melahirkan seperti saat ini, aku masih tak bisa serumah dengannya. Karena sesuatu dan lain hal, terpisah jarak Jakarta-Bandung masih menjadi kenyataan yang harus dijalani.
Tapi aku tak boleh mengeluh. Hidup terlalu indah untuk dihabiskan dengan mengeluh. Apalagi kini, setelah pangeran kecilku yang tampan hadir menemani hari-hariku. Meskipun kini waktuku dan suami habis untuk Hanif, meskipun kini kami tak leluasa pacaran seperti dulu *hehehe*, semoga kemesraan suamiku dan segala kebaikannya tak pernah berkurang. Justru makin bertambah-tambah. Thanks to Allah for giving me the best husband on earth. Alhamdulillah.