Thursday, March 20, 2014

Berkah S2

Mengambil S2 mungkin adalah keputusan yang tak akan pernah kusesali sepanjang hidup, meskipun dulu awal-awal mendapat beasiswa dari kantor, aku sempat gamang. Ya, gamang karena asal mula ikut seleksi beasiswa adalah karena iseng. Dan ketika iseng itu membuahkan hasil lolos, aku “terpaksa” harus mendaftar S2. Kemudian ketika lulus seleksi S2 dan berhasil masuk ke almamaterku, nyaliku menciut karena takut. Takut tak bisa mulus menjalani studi, mengingat berdarah-darahnya aku ketika S1 dulu *lebay hehehe. Kali ini aku ingin bercerita tentang keberkahan yang aku rasakan karena mengambil S2.

Menurut beberapa sumber yang aku baca, berkah adalah bertambahnya kebaikan. Berkah tidak selalu identik dengan jumlah. Di dalam kamus Arab, berkah memiliki arti pertumbuhan atau pertambahan kebaikan. Berkah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179) yang masuk dalam kelas kata nomina memiliki arti ‘karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia’. Sedangkan kata berkat dalam KBBI Pusat Bahasa, memiliki empat makna, masing-masing adalah 1. karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia; 2. doa restu dan pengaruh baik dari orang yang dihormati (guru); 3. makanan dan sebagainya yang dibawa pulang sehabis kenduri; 4. mendatangkan kebaikan atau bermanfaat (2008:179-180).

Ada pula yang mengartikan berkah dengan kalimat ‘dapat melakukan hal yang banyak dalam waktu yang sempit’ atau ‘mendapatkan kebaikan lebih banyak dari takaran yang semestinya’. Apapun artinya, berkah yang kumaksud meliputi semua arti di atas.

Berkah S2 pertama yang sangat kusyukuri adalah mendapat teman-teman seperjuangan yang sangat baik, pengertian, dan menyenangkan. Bersama teman-teman ini, mengerjakan tugas tak pernah menjadi beban. Menjalani hari-hari kuliah dengan gelak tawa, saling bantu ketika yang lain kesulitan. Maha Suci Allah yang mempertemukan aku dengan pertemanan seperti ini, hingga studi tak terasa dijalani sendiri, melainkan full support. Entah apa jadinya studiku bila tak kulakukan bersama bantuan mereka. Miss you a lot, guys!
 
Beberapa momen bersama teman-teman seangkatan. Kiri atas: diskusi selepas kuliah menjadi santapan sehari-hari.

Berkah kedua adalah waktu luang yang kudapatkan untuk mengurus anak. Aku melahirkan Dek Abi ketika perkuliahan menginjak semester satu. Kondisi studi yang fleksibel—tak seperti jam kantor—membuatku leluasa memberi ASI, terutama ketika enam bulan pertama, hingga membuat Dek Abi menjadi bayi ASI yang nemplok banget sampai hari ini. Kemudian masih leluasa pula untuk mengatur menu dan memasak MPASI untuk Dek Abi pada bulan-bulan berikutnya. Tak lupa juga leluasa mengantar jemput Hanif ke sekolah dan sesekali mengiringinya dalam kegiatan outing ke beberapa tempat.

Berkah ketiga adalah kelonggaran waktu untuk melakukan olahraga sepuasnya. Senam aerobik yang dulunya aku lakukan dua kali seminggu, frekuensinya bertambah menjadi 3-4 kali seminggu. Kemudian aku juga sempat mengikuti kelas pilates selama 20 kali pertemuan, yang sedikit banyak berpengaruh positif terhadap skoliosisku. Lalu aku mengikuti kelas yoga seminggu sekali dan merutinkan berenang seminggu sekali. Juga masih sempat bersepeda beberapa kali dalam seminggu. Ahh nikmatnya hidup ketika kita bugar beraktivitas sepanjang hari. Tak hanya sehat yang didapat, ketika olahraga yang disukai dilakukan, tubuh juga akan mengeluarkan hormon endorfin yang membuat kita lebih bahagia.

Berkah berikutnya adalah kesempatan yang terbuka untuk aktif dalam berbagai kegiatan komunitas. Karena waktu kuliah yang longgar, aku berkesempatan aktif ikut banyak seminar dan pelatihan parenting dari berbagai pihak. Ini keberkahan yang luar biasa dalam mencari ilmu mengenai pengasuhan dan pendidikan anak. Jadi ilmu dari bangku kuliah bertambah, ilmu sebagai orang tua juga bertambah. Lewat kesempatan itu pula aku berkenalan dengan Bunda Rani dan Komunitas Cinta Keluarga (KCK), yang membuatku merasa menemukan supporting system yang baik dalam menjalani dunia parenting. Hal ini diikuti pula dengan terlibatnya aku dalam penyelenggaraan seminar dan pelatihan mengenai parenting dan kesehatan anak.

Bersama Bunda Rani dan teman-teman KCK saat launching Gerakan Bandung Cinta Keluarga di Sabuga

Selain itu aku juga aktif di Masyarakat Skoliosis Indonesia (MSI) cabang Jawa Barat. Komunitas penggiat skoliosis ini berperan sebagai pusat informasi skoliosis dan sebagai wadah pemersatu bagi penyandang dan pemerhati skolisosis di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Visinya mulia sekali, yaitu meningkatkan kualitas hidup penyandang skolisosis. Lewat MSI aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Serasa menemukan saudara senasib sepenanggungan di sini. Kami bersama-sama mengadakan kegiatan, baik yang lingkupnya kecil seperti pertemuan kopdar untuk sharing, berbagi informasi, nonton film atau jalan-jalan bersama, maupun yang lingkupnya lebih besar seperti talkshow di radio, seminar, atau penggalangan dana untuk operasi skolioser yang tidak mampu.

Maka ketika tugas belajarku resmi berakhir minggu ini, ada rasa senang sekaligus sedih. Senang karena sidang tesis telah terlampaui dengan baik, sekaligus sedih karena aku kehilangan keleluasaan waktu untuk hal-hal yang aku sukai. Well, suatu tanggung jawab yang telah selesai di satu tempat memang menuntut tanggung jawab baru di tempat lain. Harapanku: seiring dengan mulai aktifnya aku bekerja kembali, aku tidak kehilangan waktu untuk mengembangkan diri agar bisa menjadi orang tua yang baik, juga tidak kehilangan waktu untuk melakukan aktivitas sosial di masyarakat. Masih ada satu mimpi yang belum sempat kulakukan semasa studi, yaitu mengikuti pelatihan untuk menjadi konselor laktasi. Semoga Allah masih memberiku kesempatan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi orang banyak. Aamiin.

No comments:

Post a Comment