Tuesday, September 18, 2012

Rivalitas Program Studi


Menjadi mahasiswa S2 benar-benar membawa pengalaman yang berbeda buatku. Dalam hal mengambil mata kuliah pilihan, aku bebas mengambil apa saja, bahkan yang berbeda fakultas sekalipun. Mata kuliah pilihanku di semester tiga ini masih tidak jauh-jauh dari dunia keilmuanku sih, tapi kali ini aku mencoba menyeberang ke program studi satunya untuk mengambil mata kuliah yang menarik minatku.

Pertama kali masuk, aku terlambat. Hihihihi. Oleh dosennya aku disuruh duduk di depan. Okelah. Oh wow, sekelilingku mahasiswa S1 semua. Tak apalah, malah berasa lebih muda. Hehehehe. Sepanjang kuliah sore itu, aku terperangah. Kadang berpikir sejenak. Lalu tertegun.

Apa pasal? Hmm, sejujurnya bukan konten kuliah yang membuatku seperti itu. Dosen yang sudah lumayan senior itu membuatku berekspresi demikian karena dari kata-katanya tersirat rivalitas program studi (prodi) yang sangat kental. Komentar-komentarnya hampir selalu menyindir dan menjelekkan prodi sebelah—yang adalah prodi tempatku menimba ilmu selama ini—hingga membuatku berpikir keras: ada apa dengan hubungan kedua belah pihak selama ini.

Tak hanya dalam kesempatan itu, pada kuliah-kuliah berikutnya beliau tetap pada gayanya yang meremehkan “prodi sebelah” itu. Sampai-sampai aku ingin sekali berseru, “Saya dari prodi sebelah lho, Pak!”

Buatku pribadi, kuliah yang menarik adalah kuliah yang di dalamnya aku dapat mengambil nilai lebih (added value) dari sekedar konten atau materi kuliah. Aku suka sekali pada dosen-dosenku yang selama ini selalu memberi nilai lebih pada kuliahnya. Meskipun materi kuliah tergolong susah dan tidak menyenangkan, aku masih semangat masuk kelas pada kuliah-kuliah semacam ini karena dosen-dosen itu memberi encouragement, motivasi, dan inspirasi tentang hidup dan kehidupan. Sehingga kuliah tidak terasa kering, melainkan full of spirit hingga membuatku melongo takjub di dalam kelas dan merenung dalam-dalam di luar kelas. Hormatku pada Pak Budi Rahardjo dan Pak Armein Z. R. Langi, dosen-dosenku yang dengan pas memenuhi deskripsiku pada paragraf ini. Kebetulan keduanya adalah sosok yang ahli di bidangnya dan pada keduanya kutemukan makna kata “integritas”. Monggo kalau ada yang tertarik main ke blog beliau berdua, silakan mencari inspirasi dari sana ya.

Kembali pada awal tulisan ini, ada yang mengusik sanubari (cieehh bahasanya) ketika dosen senior dari prodi sebelah itu menyindir-nyindir dosen-dosen yang kukagumi. Kritiknya terhadap mereka otomatis menjadi kritik terhadapku karena betapa klopnya cara berpikirku dengan cara berpikir dosen favoritku itu. Apakah selama ini ada rivalitas yang tak kentara dan tak kupahami? Ah entahlah, mengapa dosen senior itu jadi menjelek-jelekkan begitu ya? Padahal ini masih satu fakultas, satu kampus. Bagaimana kalau beda kampus? Bisa lebih parah meremehkannya.

Ngeri sama yang namanya arogansi. Ya Allah, jauhkanlah.