Wednesday, January 21, 2009

Katumiri, 28 Desember 2008


Libur panjang akhir tahun lalu, keluargaku ngumpul di Bandung semua. Senangnya :D

Salah satu agenda acara adalah outdoor activities di Katumiri. Ini tempat asyik banget buat piknik keluarga. Rata-rata yang datang ke sini tuh rombongan keluarga beserta anak-anaknya gitu. Lebih bagus anak diajak main ke tempat semacam ini daripada diajak main ke mall atau di rumah main PS. Biar kemampuan eksplorasi dan motoriknya terasah. Sayang si Hanif masih kecil. Jadi yang main-main ya tante dan bundanya Hanif aja dulu :p

Kita main tiga macam permainan: flying fox, high rope, dan ATV touring. ATV touring ini disopiri sama kru dari Katumiri. Awalnya pengen coba ATV adventure (ATV-nya disopiri kita sendiri) biar seru dan lebih dag-dig-dug-derr. Tapi katanya lagi nggak bisa. Mungkin jumlah pengunjung jauh lebih banyak daripada jumlah ATV, jadi terpaksa nggak dibuka.

Harga per permainan pun murah. Rata-rata cuma 15 ribu. Paling mahal ATV adventure, itu pun cuma 60 ribu.

Wah, asyik lah pokoknya. Katumiri wajib buat yang suka outdoor activities. Yo yo yo, kapan-kapan kita ke sana lagi.

Foto-foto lain bisa dilihat di sini.

Palestina

Ketika Palestina dibombardir Israel selama 23 hari, tak ayal batinku pun ikut menjerit. Duka Palestina adalah dukaku jua. Saat itu, aku sempat menulis ini.

Aku tak akan pernah melupakan saat ini: tragedi kemanusiaan yang mencabik bumi Palestina. Sementara aku hanya bisa menatap layar TV dengan mata kaca, sesekali embun menitik dari pelupuk.

They’re just kids. Sebagian di antaranya baru seumur Hanif. Masya Allah...

Aku harus meyakini, skenario-Nya yang terbaik. Mungkin hanya doa yang bisa kuberikan, tak tahu harus berbuat apa.

Maka saksikanlah. Di Palestina... di sanalah sejatinya baik dan buruk bertarung, di sanalah sesungguhnya bumi para mujahid, di sanalah sebenar-benarnya bumi para syahid.

Agresi kali ini mungkin telah berakhir. Gencatan senjata? Hmm, rasanya bukan istilah yang tepat. Eropa dan dunia Arab mungkin bisa menepuk dada bahwa lobi-lobi mereka berhasil memaksakan gencatan senjata. Tapi kurasa, Israel menghentikan agresinya bukan karena bersedia melakukan gencatan senjata (Israel terlalu sombong untuk patuh pada dunia internasional). Melainkan karena target serangan mereka—yaitu melumpuhkan HAMAS, memusnahkan terowongan-terowongan bawah tanah, meluluhlantakkan infrastruktur Gaza, dan membunuh sebanyak mungkin orang Palestina—sudah tercapai. Jadi tak perlu menyerang lagi. Kalau cuma gencatan senjata, harusnya tak perlu menunggu 1300 nyawa melayang kan?

1300 nyawa... semoga Israel bisa diseret ke pengadilan internasional karena kejahatan perangnya. Bukan cuma kali ini saja kan?

1300 nyawa... semoga tidak sia-sia... semoga mereka syahid semuanya.

Cerita Hiatus


Sebulan lebih sejak pertengahan November, statusku tampak hiatus. Banyak yang udah terjadi.

17-28 November lalu, aku dikirim ikut Pelatihan Proteksi Radiasi di kantor BATAN Pasar Jumat, Jakarta. Wih, serasa pindahan. Soalnya Hanif ikut pergi juga, kebayang seperti apa barang-barang bawaan kalau dia ikut serta. Jadilah selama dua pekan kami tinggal di rumah Cikarang. Aku bolak-balik Cikarang-Pasar Jumat tiap hari, tapi alhamdulillah dilalui dengan penuh semangat. Soalnya pelatihannya seru euy, main-main sama sumber radiasi hehehe. Asyik juga :D

Saat sedang berada dalam masa pelatihan itulah, temanku Wiwit membawa kisah yang memilukan. Tak ada yang bisa disalahkan, mengingat ini adalah kecelakaan. Post partum depression adalah suatu penyakit yang tak pandang bulu, even itu orang yang lingkungan amaliyahnya kondusif sekalipun. Don’t you dare asking why. Depresi adalah penyakit yang membutuhkan dukungan, bukan celaan (Jadi buat yang suka mencela aku pengeluh atau tukang depresi, lihatlah... orang yang jauh lebih shaleh daripada aku juga bisa terkena!)

Selain keriangan ikut pelatihan yang seru dan kebahagiaan berkumpul dengan suami tiap hari, ada juga sebagian kisah sedih. Dengan sangat terpaksa, kami harus merelakan Mbak Sur—pengasuh Hanif—pulang. Dan penggantinya, Mbak Santi, juga sama saja. Baru sebulan udah minta pulang. Bukan faktor ketidakbetahan yang membuat mereka pulang, melainkan karena mereka punya masalah dengan suami mereka. Demi membereskan masalah-masalah itulah, mereka terpaksa pulang.

Jujur, aku merasa sangat kehilangan Mbak Sur. Dia sangat penyayang terhadap Hanif. Orangnya baik dan rajin luar biasa, juga nrimo, nggak pernah minta macem-macem—ciri khas orang Jawa yeuhh. You don’t know what you’ve got until it’s gone. Begitulah. Terlepas dari segala permasalahannya, Mbak Sur benar-benar asisten yang (hampir) sempurna. Kapan lagi ya bisa dapat orang seperti itu.

Awal Desember, aku memutuskan untuk mengambil baby sitter dari Daarut Tauhid. Dapet urutan waiting list nomer 19 bo! Tapi akhirnya dapet baby sitter juga. Alhamdulillah banget, mengingat biasanya para bunda suka kehabisan stok baby sitter (stok... emang apaan hehehe). 13-14 Desember, aku ikut Pelatihan Spiritual Mom. Pelatihan ini wajib bagi setiap bunda yang akan menggunakan jasa baby sitter, berlangsung selama dua hari, pembicaranya Teh Ninih dan Bunda Ningrum Maurice.

Subhanallah, beroleh ilmu yang cukup memberi penyegaran. Diingatkan kembali tentang peran perempuan sebagai istri dan bunda. Diingatkan kembali untuk lebih menata hati (terutama dalam menghadapi suami, hehehe). Lalu kembali berkomitmen, berjuang untuk menjadi istri dan bunda terbaik, insya Allah. Seusai pelatihan, mulai pertengahan Desember, Mbak Sari—pengasuh Hanif yang baru—tinggal di rumah kami dan resmi mengasuh Hanif.

Hmm, ada juga resolusi awal tahun yang kubuat. Sempat nulis panjang lebar, tapi pas mau di-post di sini... kok rasanya bukan buat konsumsi publik ya. Hehehe. Cukup komitmen kepada diri sendiri saja. Toh belum ada rencana konkrit yang terbayang. Lho? Ya biarin lah kalau orang lain sibuk dengan rencana-rencananya. Sampai detik ini aku belum bisa mendefinisikan atau merumuskan sesuatu dengan riil. Berharap ke depannya semakin dimudahkan dan diperjelas oleh Allah.

Fiuhh, hiatus selama sebulan lebih ternyata menyisakan banyak cerita ya.

Foto atas: ”kontingen” BATAN Bandung dalam Pelatihan Proteksi Radiasi (dari kiri: Wiwit, aku, Yulia, Mbak Ria)

Foto bawah: aku dan Teh Ninih dalam Pelatihan Spiritual Mom.

Tuesday, January 13, 2009

I Was So Excited!




Buku-buku buat Hanif sudah datang kemarin. Aku beli paket lengkap, terdiri dari:
  • Bee Magazine Junior (12 buah)
  • My First VocaBeelary (12 buah)
  • My First EncyclopeBee (24 buah)
  • VCD Animasi Tokoh Dunia (9 keping)
  • My First Animal Stories plus VCD-nya (1 set)
  • Papercraft: New Castle
  • Papercraft: Bee Ferris Wheel
  • Papercraft: 3D Books “Birly”
  • VCD Edutalk (3 keping)

Datangnya sekardus besar--harganya lumayan, hampir dua kali lipat gajiku sebulan hehehe, tapi nggak apa-apa... namanya juga demi anak. I was so excited! Memang sih, paket ini untuk anak usia 2-9 tahun. Berhubung lagi ada promo paket dan buku nggak akan busuk kalau disimpen bertahun-tahun, aku putuskan untuk beli saja. Namanya juga investasi. Nanti kalau pas Hanif usia segitu, bisa jadi harga ensiklopedia sejenis udah melangit kan.

Dududu, senangnya. Insya Allah ini langkah awal buat bikin perpustakaan anak di rumah--kalau perpustakaan kecil buat aku kan udah diinisiasi sejak aku kuliah. Misi: membombardir Hanif dengan buku, hehehe.

Gambar diambil dari sini.

Monday, January 05, 2009

Akhirnya, Hanif Makan... :D


17 Desember 2008, usia Hanif 6 bulan lebih satu hari. Udah waktunya buat MPASI. Pagi-pagi kubuatin bubur susu. Meskipun sekarang udah ada baby sitter, aku nggak mau kelewatan momen satu ini. Jadi bubur susu kubuat sendiri, suapan pertama juga kusuapin sendiri.

Meskipun hal itu bikin aku jadi telat masuk kantor *hahaha*, nggak apa-apa. Kapan lagi Bunda suapin kamu pagi-pagi pas weekdays ya, Nak.

Foto-foto lain ada di sini.

Hanif 5 Bulan


Postingan ini seharusnya ku-upload November lalu. Tapi karena lagi di Cikarang, terpaksa statusku hiatus deh hihihi.

Di sini ada foto-foto Hanif usia 5 bulan. Makin gede Hanif-nya, makin banyak yang dia bisa. Rada telat belajar tengkurepnya, tapi nggak apa-apa lah. Yang penting sehat ya, Nak. Cupp *cium Hanif*