Thursday, November 13, 2008

Tentang Hidup [2]

Bahasan tentang hidup kali ini sedikit mengerucut pada karir. Lewat blog-nya, Ilma rajin sekali meng-update visi karir.

Purpose of life akan ia perjelas setiap kali penulis menuliskan sesuatu pada jurnalnya, setiap kali langkah si penulis semakin mendekatkan ia pada purpose of life-nya... ini bisa menginspirasi orang-orang di sekitarnya untuk memiliki purpose of life yang jelas dan terus melangkah untuk mencapainya.”
(tulis Ilma di sini)

Hmm, lagi-lagi merujuk ke Ilma. Nggak apa-apa ya. Soalnya temanku yang satu ini orangnya memang terencana sekali *hehehe, apa nggak capek ya kejar-kejaran sama target*

Kembali ke soal karir. Berbicara tentang visi karir, di lembaga litbang seperti kantorku ini, banyak karyawan yang punya target dalam berkarir. Sebagai tempatnya para peneliti, banyak yang berharap bisa disekolahkan lagi ataupun mematok target tertentu dalam jabatan fungsional. Bagaimana denganku? S2? Nggak ah. Masuk ke fungsional? Sepertinya rada nggak berminat.

Lho bagaimana ini, apa nggak malu dengan para peneliti lain yang pada punya integritas? Nggak tuh. Karena untuk sekarang ini, prioritas utamaku adalah Hanif. S2 atau jabatan fungsional mah lewattt.

Dan karena prioritas utamaku adalah Hanif, maka aku nggak iri melihat pencapaian teman-teman lain dalam hal kerjaan ini. Anis Rohanda, temanku di BATAN Serpong, minggu lalu udah berhasil menampilkan poster hasil penelitiannya di Seminar Nasional TKPFN-14. Arum, temanku di BATAN Jogja, sebelumnya juga udah jadi peserta di seminar internasional MIPA di ITB. Tapi... bener-bener nggak iri tuh.

Aku baru iri sama Mbak Dini yang meskipun anaknya kembar dan ditinggal kerja, masih bisa mencukupi ASI-nya. Juga iri sama Bu Sinta, kolega dari BATAN Serpong, yang sampai sekarang *anaknya 1 tahun lebih* masih bisa ASI eksklusif. Trus ngerasa kecewa banget waktu kelewat momennya Hanif tengkurep untuk pertama kalinya.

Dan aku rasa bakal jadi my greatest achievement adalah kalau aku bisa jadi bunda terbaik buat Hanif *dan adik-adiknya kalau ada hehehe*. Visi karir menjadi stay-at-home mom? Teuteupp...

Tentang Hidup [1]

Sampai sekarang, selalu ada saja ketakutan bila berbicara tentang hidup. Kenapa ya? Hmm, mungkin karena sampai detik ini aku merasa masih menjalani someone else’s life.

Membaca Ilma bercerita tentang visi hidupnya yang tampak sangat jelas, aku jadi mikir sendiri. Betapa tertata rapi hidupnya dengan target-target yang riil, konkret, dan terencana. Dia tahu dengan pasti ke mana arah hidupnya, apa yang dia mau, dan apa yang harus dia lakukan.

Lalu membaca tentang launching novel perdananya Adenita, aku juga jadi mikir sendiri. Keren banget ya, udah bisa menghasilkan karya yang berarti.

Sedangkan aku? Hahaha *ketawa sarkastis*. Dulu aku pernah punya buku impian, target, dan keinginan yang menurutku lumayan ideal. Menikah dengan seseorang yang meskipun sangat mencintaiku namun ternyata visinya beda, membuatku memutar haluan. Kini tak jelas lagi ke mana arah hidupku, apa yang aku mau, dan apa yang harus aku lakukan. Meraba-raba lagi, memulai dari awal.

”...sayalah yang bertanggung jawab atas hidup saya dan semua yang terjadi pada saya, sehingga kesalahan bukan murni milik mereka.”
(tulis Ilma di sini)

Ya ya ya, aku tahu ini bukan salah siapapun. Aku-lah yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap diriku sendiri. Ada filosofi dalam The Alchemist *aduh, ke mana ya perginya bukuku ini?* yang sampai sekarang masih terus kuingat: bila kau sangat menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan membantumu meraihnya, kira-kira begitu bunyinya.

Lalu ada juga filosofi dari The Secret: bila kau sepenuh hati berusaha meraih impian namun gagal, mungkin impian itu bukan yang terbaik bagimu; putar haluan dan cari impian lain. Dari dua filosofi itu aku jadi mikir: jangan-jangan buku impianku berisi impian-impian yang semestinya memang bukan tercipta untukku? Jangan-jangan mimpi-mimpiku terlalu absurd dan sama sekali tidak cocok untukku?

Entahlah, berbicara tentang hidup selalu membuatku bingung. Jadi kayak remaja lagi, berusaha menemukan jati diri *cieh bahasanya*. Udah umur segini, udah punya buntut satu, masih saja bingung mau ke mana.

”...yg penting kita tau kenapa kita mau jadi apa...”
(dikutip dari sini)

Ya, perasaan dulu aku udah tahu mau jadi apa dan kenapa, tapi kok mentok-mentok saja ya. Kok arah angin selalu meniupku jauh-jauh dari jalan yang tadinya kupilih ya.

Positive thinking saja lah. Ke mana pun itu, pasti itu yang terbaik yang Allah berikan buat aku. Dan aku nggak pernah ingin menyesali hidupku. It makes me just the way I am. Never regret. If it was good, then it was wonderful. If it was bad, then it was experience.

Tuesday, November 11, 2008

Plagiat !!!


Beberapa waktu lalu aku baca tentang kekesalan Mbak Helvy Tiana Rosa terhadap plagiator-plagiator karyanya. Eh, ternyata kejadian juga sama aku. Kemarin Astri ngasih tahu sebuah link, yang setelah aku lihat, ternyata tulisan hasil jiplakan dari blog-ku.

Masih mending kalau dikasih sumbernya ya. Lha ini dia jiplak, trus di-edit sedemikian rupa hingga seolah-olah itu tulisan dia. Bete banget! Kebayang kalau aku punya buku trus diplagiat, pasti bakal marah dan kesal kayak Mbak Helvy. Lha ini sekedar tulisan blog aja aku udah bete banget.

Hmm, ternyata nggak perlu punya buku buat jadi korban pembajakan *sigh*.

Gambar diambil dari sini.