Thursday, June 07, 2007

Suamiku Kekasihku


Selasa, 5 Juni 2007

Udah sebulan lewat sebelas hari aku tinggal di Cikarang. Rumah kami mungil, bercat salem dan krem, terletak di perumahan yang fasilitasnya lumayan lengkap. Di depan rumah ada taman kecil yang meskipun cuma sepetak, alhamdulillah bisa menyejukkan pandangan.

Selama sebulan ini, kegiatanku full ngurusin rumah: memasak, mencuci, bersih-bersih, beres-beres rumah. It’s fun. Jadi ingat, masakan pertama yang kubuat untuk suami adalah nasi goreng. Hehe, standar banget ya. Ya gimana lagi, untuk urusan dapur aku termasuk pemula. Bisa dibilang pemula banget lah. Selama ini aku jarang memasak, akhirnya belajar-belajar sendiri deh di sini. Memasak sebisanya, yang simpel-simpel.

Alhamdulillah, suamiku itu pengertian banget. Masakan yang nggak enak pun dengan tenang dia santap :D Kalau ditanya enak atau nggak, dia pasti bilang enak sambil manggut-manggut *ma kasih ya, Sayang*. Padahal aku tahu, beberapa masakanku hancur total. Paling-paling dia nambahin usul: kurang asin, kurang pedes, atau kurang apa.

Dalam seminggu, aku punya satu hari libur memasak: biasanya hari Sabtu. Pada hari itu kami makan di luar sekaligus jalan-jalan. Pernah karena malas keluar, akhirnya suamiku yang memasak. Menunya nasi goreng juga, apalagi emangnya hehehe. Seneng sih, bangun pagi-pagi udah disodorin sarapan. Tapi setelah aku beranjak ke dapur... olala... dapur kok jadi kotor gitu ya. Ternyata emang harus maklum, keadaan dapur emang beda kalau ditangani oleh laki-laki :p

Aku sering kesel kalau dapur dibuat berantakan oleh suami. Niatnya meringankan bebanku dengan gantian memasak, eh ujung-ujungnya aku juga yang capek karena harus bersih-bersih dapur. Akhirnya marahku menguap demi melihat tatapan menyesal suamiku, kata maaf yang terucap, diikuti oleh kecupan hangat di pipi. Ya sudah deh, niat suami kan sebenarnya baik. Sekarang kalau dia masuk dapur, kuwanti-wanti supaya nggak bikin berantakan lagi.

Dulu sebelum pindah kerja ke tempat yang sekarang, suamiku selalu pulang sebelum maghrib. Sambil nunggu maghrib, kadang-kadang dia berkebun, menyiram taman, mencabuti rumput. Sekarang... boro-boro berkebun, sampai rumah aja setiap hari pukul setengah delapan malam. Tempat kerjanya sekarang di Jakarta, jadi kalau berangkat harus pagi-pagi selepas subuh dan pulangnya malam-malam. Waktu awal-awal pindah kerja, aku sedih banget gitu deh. Uring-uringan. Ya iyalah, secara waktu suami lebih banyak dihabiskan di luar rumah gitu lho. Sekarang udah rada terbiasa, cuma aku jadi males ngurusin taman. Duh, sekarang banyak gulma yang tumbuh tuh.

Selama sebulan lebih tinggal di rumah ini, nggak jarang aku dan suamiku bertengkar. Ya namanya rumah tangga, pasti ada lah kayak gitu. Tapi biasanya cepet baikan lagi. Suamiku itu sabar banget orangnya, nggak enak marah lama-lama sama dia. Biasanya habis marahan, baikan, terus malah jadi tambah mesra ;)

Minggu depan, suami bakal keluar kota ikut induction program tempat kerjanya yang baru. Kayaknya aku mau pulang ke Solo aja ah. Males banget termenung-menung di rumah ini sendirian selama seminggu lebih. Ntar kalau mati kangen gimana *hehehe, hiperbolis banget*. Duh, harus kuat nahan kangen. Iya sih cuma seminggu, tapi kan tetep aja nggak terbiasa. Mana bisa sehari lewat tanpa denger suara suami. Wong dia telat pulang setengah jam aja, aku udah kirim sms kangen *jadi ingat, dulu sebelum nikah, traffic komunikasi kami lumayan tinggi lho: sehari bisa lebih dari 50 sms dan 5 kali telepon*. I’m gonna miss you so much, Sweetheart...

Foto: Mawar warna salem yang ditanamkan suami untukku di taman depan rumah *dan pembaca pun berseru, ”So sweet...” hehehehe*

No comments:

Post a Comment