Monday, May 29, 2006

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un


Aku baru saja selesai jogging dan senam aerobik di Sabuga ketika kabar itu sampai ke telingaku lewat teman-teman yang sedang istirahat di sekeliling lapangan tenis Sabuga. Mereka bilang, Jogja kena gempa sekitar pukul enam. Lalu mereka bilang, Solo juga kena. Aku panik, nggak tahu seberapa parah gempanya.

Sesampai di kost, aku langsung telepon ke rumah Solo. Nada tersambung tapi nggak ada yang angkat. Lalu coba telepon ke HP Papi. Alhamdulillah, Papi bilang semua baik-baik saja dan udah pada beraktivitas seperti biasa. Masih belum yakin, aku telepon ke HP Bulik. Bulik juga bilang semua baik-baik saja, tapi ada beberapa genteng yang pecah. Baru petangnya aku bisa ber-sms-an dengan Yesti, adik kecilku tersayang.

”Iyo,Alkhamdulillah bgt sini g pa2.Pdhal dibrita TATV da RS disolo yg nrima korban luka2(rmhny runtuh).Solo Square&RS Panti Waluyo retak2...” (Yesti, Solo 27/05/06, 18.06)

”Wedi bgt Mbaak... Alkhamdulillah ra telat.Mau ning skolah yo kon metu skitar jam 10 pas ana gempa susulan&KBM thambat 15 menit ning q ra krasa yen ana gempa.” (Yesti, Solo 27/05/06, 18.18)

Artinya: ”Takut bgt Mbaak... Alhamdulillah nggak telat (sekolah). Tadi di sekolah juga disuruh keluar sekitar jam 10 pas ada gempa susulan dan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat 15 menit tapi aku nggak ngrasa kalau ada gempa.”

Yesti juga cerita keadaan rumah ketika gempa menguncang Solo.

”Ibu lg nulis2 ning kmr&q lg maem.Q krasa lampune kedip2 trus gempa(rsne munggah midun).Q mlayu sik,trus ibu triak!Bpk ning garasi malah ra krasa.Q wedi bgti mbak!” (Yesti, Solo 27/05/06, 18.33)

Artinya: ”Ibu lagi nulis-nulis di kamar dan aku lagi makan (sarapan). Aku ngrasa lampunya kedip2 lalu gempa (rasanya naik turun). Aku lari duluan, lalu ibu teriak! Bapak di garasi malah nggak ngrasa. Aku takut banget mbak!”

Karena aku punya banyak teman dekat di Jogja, tak urung hatiku ikut ketir-ketir juga. Sudah dua hari aku coba menghubungi Mas Dian tapi nggak bisa-bisa. Mas Dian ini (kalau nggak salah) tinggal di Bantul, daerah yang paling parah kerusakannya. Alhamdulillah, Mas Didik kasih kabar kalau Mas Dian dan Mas Agri beserta keluarga di Jogja baik-baik saja. Berikut ini sms dari teman-teman yang tinggal di Jogja.

”Alhamdl,jogja udh gpp meski listrik msh mati,telp smbngn rusak.Aq ngungsi ke solo,yus...” (Ilma, Solo 29/05/06, 11.40)

”Pas gmpa ak dslo yus.. Alhmdllh tmn2 kos n klrga djgja gpp.Ktny msh da gmpa ssln kcil2... (Ratna, Solo 29/05/06, 11.48)

”Alhamdulillah aku sakkeluarga gpp,omah jg gpp. Tp gempane ncen krasa bgt. Pas iku,kbh sakkeluarga ngumpul,ana mbak+masku. Plsku entek,maaf yo suwi. Solo piye? Keluarga gpp to?” (Mbak Erti, Jogja 30/05/06, 12.04)

Ada pula sms dari teman dekat, seorang mahasiswi co-ass Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Suami temanku ini juga seorang dokter.

”Alhamdulillah ira skeluarga sehat yus..Maaf skali br balas,dari kmrn ira di rumkit terus,korban datang terus sampai sore ini.Mhn doanya ya yus...” (Ira, Jogja 29/05/06, 17.49)

Masya Allah... DepSos mencatat hingga hari Selasa 30/05/06 pukul 07.00 WIB, korban meninggal sebanyak 5.427 jiwa. Korban meninggal terbanyak terdapat di Bantul (3.310 jiwa) dan Klaten (1.668 jiwa). Masya Allah... Klaten cuma berjarak 40 menit dari rumahku. Alhamdulillah banget keluargaku nggak apa-apa.

Lima ribu empat ratus dua puluh tujuh jiwa. Dan bisa jadi masih akan terus bertambah. Guys, it’s not just about numbers. Tiap kali kita mendengar tentang bencana dan tingkat kerusakannya, yang terpikir oleh kita hanyalah angka dan angka. Padahal dukanya jauh lebih dahsyat daripada sekedar angka. Bayangkanlah satu orang yang paling kita cintai meninggal. Udah kebayang seperti apa dukanya? Lalu kalikan duka itu sebanyak 5.427 kali. Sekarang kebayang kan dahsyatnya?

Duka ini, duka kita bersama...

Wednesday, May 24, 2006

Doa Nabi Musa

Pagi tadi ketika aku bersiap ke kampus untuk bimbingan, sebuah sms masuk ke HP.

”Piye ta-mu? Dosene gelem nompo gak?” (Mas Didik, 24/05/06, 08.20)

Ternyata Mas Didik, nanyain perkembangan TA. Fiuuh, kujawab aja baru mau ketemu dosen sambil berharap bapaknya mau nerima penjelasanku soal detil sistem yang kubuat. Maklum, beberapa minggu ini aku dan bapaknya uber-uberan soal itu.

”Mugo2 lancar. Ndonga, moco dongane nabi musa. Quran surat 20 ayat 25-28” (Mas Didik, 24/05/06, 08.27)

Hah? Doa Nabi Musa? Kalau nggak salah, ini doa yang juga selalu dibaca Mas Didik selama bimbingan dan semasa sidang TA-nya ya?

Berkata Musa, ”Ya Tuhan-ku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,” (Q.S. Thaha: 25-28)

Maknyessss... serasa disiram air es hati ini. Sejukkk...

Saturday, May 20, 2006

Sixth Day of Loneliness

The sun rises and sets. The world keeps on turning. But here I feel stuck. Still feel alone and gloomy. They’re right, you don’t know what you’ve got until it’s gone. Other short messages came from overseas.

”...Ak lapar yang mau nyari makan tp hujan yang. Ak kangn bgt pengn dgr suaramu yang. Entr tak coba confernc” (17/05/06, 19.37)

”Td training plg jam4 trus blk ke hotel tdr karena kcapekan kmrn mlm. Bgn jam 6.30 trus mandi salat cari makan sambil ujan2 n blk lg. Mau oleh2 apa yang” (17/05/06, 22.28)

”Walah ak br bgn euy langsng dapet gol lho barca. Lehman dikart merah knp yang” (18/05/06, 03.39)

”Lehman dkartu merah wakt msh 0-0 ya yang. Dah kelar skrg yang. Nontn cm 10menit euy. Ah mau nontn ulangan aj ah hehe” (18/05/06, 03.45)

”Habis training langsng tour ke kapal bsar dchao praya srombongan nih yang. sungainy gede bgt n ujan lg” (18/05/06, 19.11)

”Dlm rangka tour. Bsok tinggal exam. Ak dah kangn bgt nih... Ujan deres bgt euy” (18/05/06, 19.26)

”Wah yang dkapal ny bnr2 lama. Byk kuil2 bagus lho dpinggir sungai. Td malah lewat istana bangkok...” (18/05/06, 20.49)

”...lg nyampe nih yang. jadi kangn lg deh. d kpal td 3jam mkan udang kpiting cumi byk euy. kok blm tdr yang” (18/05/06, 23.22)

”Iya yang br aj kelar exam. skrg makan spagheti ama durian bangkok... kangn bgt. skrg kayakny mau tour lg nih hehe” (19/05/06, 11.36)

”...durian bangkok bijiny kecil2 lho yang” (19/05/06, 11.59)

”Yang aku janji maksimal sampe desember 2008 akan aku ajak ke grand palace bangkok. pasti km akan suka byk bgt art dsini mpe kagum jg...” (19/05/06, 14.30)

”Cm ke grand palace ama museum pningglan raja. ampe jam5 sore trus dhotel aj...” (19/05/06, 22.54)


There he goes. With cheerful short messages, telling stories about Bangkok. Shrimps, crabs, squids, spaghetti, durian, and art? They’re my favorites! Then I feel like, ”Wish I could fly there with you...” It hurts, you know. Well, he’ll fly home tomorrow and I’m gonna meet him at Cengkareng. Please come back home safely, my dear...

”Everybody Has Their Times...”


Itu yang selalu kukatakan pada diriku sendiri setiap waktu. Melihat teman-temanku lulus, aku mengatakan kalimat itu pada diriku. Mendengar berita pernikahan teman-temanku, aku mengatakan kalimat itu pada diriku. Mendengar kabar kehamilan teman-temanku, aku mengatakan kalimat itu pada diriku. Mendengar teman-temanku diterima bekerja, aku mengatakan kalimat itu pada diriku. Setiap waktu. Tak pernah berhenti. Apalagi akhir-akhir ini.

Tapi mengapa terasa perih ya? Aku tersenyum, memberi selamat, dan mendoakan mereka. Tapi mengapa hati ini seperti terluka? Mengapa semuanya terlihat begitu tepat buat mereka, tapi tidak buatku? Allah, rasanya seperti diiris-iris. Rasanya seperti bermuka dua: bahagia dan berduka sekaligus.

Aku selalu mengatakan kalimat itu pada diriku. Teringat-ingat dalam sadar, terngiang-ngiang kala tidur. Bukankah afirmasi nantinya akan berubah menjadi intuisi kalau ditanamkan berulang-ulang? Ah, tapi mengapa semuanya selalu berat buatku? Allah, kalau ini kehendak-Mu, lapangkanlah dada ini.

Everybody has their times. Do I have mine?

Wednesday, May 17, 2006

Yustika Juga Manusia


Eh, kenapa sih, ada orang yang suka usil ngurusin urusan orang? Masa aku nggak boleh baca Harry Potter. Katanya buku itu penuh kesyirikan: hantu, jimat, khayalan, berandai-andai, dongengan, bla bla bla... Emang kenapa kalau aku baca itu? Yehh, aku kan tidak mengimani buku itu. Apa salahnya belajar menulis dan berimajinasi dari buku itu?

Eh, eh... kenapa ya, masih ada orang yang suka usil ngatain orang? Yustika nggak boleh gini, nggak boleh gitu. Jangan-jangan entar kalau aku baca pemikiran Karl Marx, aku disangka komunis. Jangan-jangan entar kalau aku baca pemikiran Che Guevara, aku dikira berhaluan rebel. Jangan-jangan entar protes pula kalau tahu aku suka dengerin Coldplay, Oasis, Radiohead, Fort Minor, atau Simple Plan. Bah! Sempit banget sih cara pandangmu?

Nah ini nih, kalau ngerasa paling bener. Kan aku udah sering bilang, jadi orang tuh jangan berpikiran sempit. Dunia tuh nggak item putih doang! Hellooooooo... kayak gitu kok berani-beraninya ngaku hidup di abad 21. Keseringan tinggal di komunitas yang homogen ya? Tahu rasa entar kalau keluar ke kehidupan nyata. Emang semua orang harus kayak kamu?

Yustika baca ini aja, jangan baca yang itu. Yustika begini aja, jangan begitu. Emangnya aku robot??? Disetir ke sana kemari, nggak punya perasaan sendiri, nggak bisa nentuin hidupku sendiri. Enak aja coba ngambil alih hidupku. Berani-beraninya. Pura-pura peduli, kasih senyum, nanya kabar, padahal mau nge-brain wash ya?

Kalau serius mau jadi temenku, ya jangan kayak gitu dong. Sori ya, aku alergi sama orang jelek. Buat orang yang ngerasa [kebangetan deh kalau nggak ngerasa!], aku udah pengen bilang kayak gini sejak dahuluuuuuu kala. That’s why I left.

[mode geregetan]

”Whatta Day!”


Hari ini perasaanku nggak nyaman lagi, kalau nggak boleh dibilang bete. Sebabnya? Pertama, nggak jadi ketemu dosen pembimbing setelah nunggu lamaaa banget. Ini nih kronologisnya.
09.00 : Janjian semula.
09.30 : Bapaknya nelepon, bilang kalau ada rapat. Janjian diundur jadi pukul 13.30.
13.30 : Aku kembali nunggu.
14.00 : Bapaknya nelepon lagi, bilang disuruh nunggu sebentar.
14.30 : Anak-anak lain mulai pulang satu persatu.
15.00 : Aku masih bertahan nunggu [tinggal aku doang nih!].
15.15 : Aku celingak celinguk gelisah sambil menguap-nguap. Ngantuk bener.
15.20 : Aku nggak kuat nunggu lagi. Akhirnya cabut dengan mata setengah terpejam [nunggu hampir dua jam gitu loh!].

Kedua, ada suatu sebab yang bikin aku campur aduk: sedih, frustrasi, bingung, pengen marah, pengen nangis. Sebabnya nggak bisa aku ceritain di sini karena terlalu pribadi. Pokoknya jadi blue banget deh. Pulang dari kampus, aku ngebut sepanjang jalan. Biasaa... kalau lagi bete, pengennya ngebut melulu. Biar betenya terbang ’kali.

Akibatnya bisa diduga. Aku lari ke makanan lagi. Kali ini: keripik nangka [mahal bo!] sama yoghurt rasa anggur. Keduanya favoritku. Lumayan bikin aku meringis karena harganya. Tapi yang bener-bener jadi pelampiasan rasa frustrasi sih bukan makanan dan minuman tadi, melainkan senam aerobik. Kalau biasanya pas sampai tahap pendinginan aku udah capek, hari ini tidak. Padahal senamnya udah all out banget. Tapi kok pas pendinginan, enggak secapek biasanya. Wah ini gara-gara kelebihan energi nih: energi frustrasi dan patah hati [halahh... nulis apa aku ini]. Enak banget rasanya: melompat setinggi-tingginya, mengayun sekuat-kuatnya, meninju udara sekeras-kerasnya, untuk melepas segala kepenatan hati. Uaahhh...

Tuesday, May 16, 2006

Third Day of Loneliness

It's been three days after the fight and the farewell. Fight? Umm, it was a little fight actually. No big deal. Here came short messages from overseas.

"Ak nyampe singapore" (14/05/06, 09.23)

"Sayang ak dah nyampe hotel nih" (14/05/06, 14.21)

"Hampir 4rb yang kalo sms. dsini kayak malioboro asik yang hehe..." (14/05/06, 15.38)

"...oya yang aku tnyata tinggal d dkt tmpt jualan2 kayak d malioboro. byk bgt turis dan kalo beli oleh2 nggk jauh dkt bgt. td siang makan di mcd abis bingung gmn mau bli ngmng aj susah yang. mlm ini makan nasi goreng seafood murah bgt tdk nyampe 20rb. bangkok ada skytrain jg lho yang" (14/05/06, 22.33)

"Sayang ak training ama anak malay pengjr USA. td sore naek skytrain 3rb trus makan watermimosa (tnyata kangkung ampe gagang2ny) trus beli rujak pepaya ama pepaya..." (15/05/06, 20.54)

”Td plg jam5 lho. trus cari makan n bli kaos skrg mau mand dl bis itu mau jln2 lg. mau chat nggak... kalo mau ak tak nyari warnet entr ya” (16/05/06, 20.18)

Friday, May 12, 2006

”Whatta Week!”


Mas Catur pergi lagi. Pertengahan minggu ini sampai weekend, dia harus ke Makassar. Setelah pulang dari Makassar hari Sabtu, Minggu pagi kembali ke bandara Soekarno-Hatta untuk terbang ke Bangkok, Thailand. Di Bangkok dia ikut training selama seminggu. Huhuhu... ditinggal-tinggal terus. Tapi aku udah nitip oleh-oleh gantungan kunci sama makanan Thailand. Durian Bangkok juga boleh, hehehehe... [Eh, nggak boleh bawa durian dalam pesawat ya?]

Beberapa hari lalu aku udah daftar jadi member Voucher Key. Sampai sekarang belum aktivasi. Kalau bisa secepatnya deh. Moga bisnis ini jadi keberkahan, itung-itung nabung buat nikah. Kalau ngeliat Febri atau Randu yang udah beli BMW, jadi mupeng juga sih. Nggak tahu kali ini bakal berhasil atau enggak. Cayo cayo...

Lalu soal TA gimana? Hmmm, kemarin habis ketemu dosen. Satu masalah udah terpecahkan, tentang gimana ngukur performansi sistem yang aku buat secara keseluruhan. Aku bilang aja, ”Ya pake parameter voice blocking probability sama average packet delay, Pak!” Tapi si bapak masih belum puas dengan satu hal, tentang λGSM dan λGPRS. Sekarang aku lagi bingung berat sambil ngubek-ngubek literatur. Allah, please help me.

Belakangan ini berat badanku makin turun. Lumayan, udah berkurang 9,5 kg sejak aku mulai program pengurangan berat badan. Caranya enggak susah-susah amat kok. Pertama, menghindari nasi, karena kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak! Kedua, makan ala food combining. Caranya: memadukan sayuran dengan protein atau sayuran dengan karbohidrat, asal jangan karbohidrat dengan protein hewani => ini bikin kerja alat pencernaan jadi berat, kalau udah berat jadi enggak maksimal, kalau enggak maksimal maka tidak bisa membakar lemak dengan maksimal pula. Ketiga, makan malam sebelum pukul 6 petang, supaya waktu makan tidak terlalu dekat dengan jam tidur. Kalaupun baru sempat makan setelah pukul 8-9 malam, biasanya aku memilih untuk tidak makan. Cukup minum susu high calcium low fat. Keempat, rutin berolahraga. Aku ikut senam aerobik 2-3 kali seminggu. Di situ udah satu paket juga sama body language. Lumayan berkeringat lah pokoknya. Programku ini tidak terlalu menyiksa. Aku masih bisa makan makanan enak alias tidak ada pantangan makanan. Juga masih bisa ngemil-ngemil sedikit. Sekarang kalau aku pergi ke kampus, teman-teman pada bilang, ”Yustika makin kurus ya.” Akupun cengar-cengir.

Aku, Kau, dan Dia


Kau: ”Dia masih suka nonton basket nggak?”

Aku: ”Enggak tuh.”

Kau: ”Aduh, kasian banget.”

Aku: ”Apa maksudnya?”

Kau: ”Dia kan suka banget nonton basket. Dulu waktu masih sama aku, sering banget nonton basket.”

Aku: ”Nggak tuh. Wong dia kesukaannya nonton balapan sama bola kok.”

Kau: ”Masa sih?”

Aku: ”Iya. Sering ngajakin aku nonton balapan sama bola.”

Kau: ”Wah, bukan dia banget.”

Aku: ”Jadi maksudmu aku nggak mengenal dia, begitu?”

Kau: ”Ya nggak tau.”

Aku: ”Masa aku dibilang nggak kenal orang yang bakal jadi suamiku?”

Kau: (terkikik)

Aku: (dalam hati) ”Dasar b*tch! What the h*ll am I doing here with her?”

Terapi Dengan Makanan


Mas Catur: (telepon dari Cikarang) ”Lagi di mana?”

Aku: ”Lagi beli surabi enhaii.”

Mas Catur: ”Tumben?”

Aku: ”Iya, lagi pengen.”

Mas Catur: ”Lagi pengen atau lagi bete?”

Aku: (dalam hati) ”D*mn, you know me very well.

Ternyata cara masing-masing orang untuk menghilangkan suntuk itu berbeda-beda. Ada yang pergi main, baca buku, denger musik keras-keras, atau malah lari ke narkoba. Setelah kupikir-pikir, pola perilakuku dalam menghadapi kebetean itu ternyata lari ke makanan-makanan enak. Biasanya aku lari ke makanan-makanan favoritku yang --dalam takaranku-- cukup mewah, kayak coklat Silverqueen batangan yang gede, nasi goreng kambing, es durian Kantin Sakinah, empek-empek Pak Raden, ifumie MCCF, salad Pizza Hut, roti keju Breadtalk, surabi enhaii, atau makanan lain yang berkeju.

Nggak takut gendut? Nggak juga. Kan itu cuma sesekali. Biasanya habis menyantap makanan-makanan itu, mood-ku jadi naik lagi. Kalaupun masih bete, nggak parah-parah banget. Masalahnya bukan terletak pada takut gendut atau enggak, tetapi terletak pada kondisi keuangan saat itu. Kalau pas lagi bete banget tapi nggak punya uang, biasanya aku memilih tidur. Bisa pulas sampai lamaaaaa. Rekor terakhirku mencapai 8 jam, dari ba’da dzuhur sampai ba’da isya. Kebetulan pas lagi nggak punya kewajiban shalat. Itu terjadi pas aku habis pulang bimbingan dengan dosen, hehehe...

Pernah juga kejadian, suatu hari aku lagi bete banget. Trus mutusin untuk beli es durian. Habis beli es durian, betenya nggak ilang. Malah makin bete. Tahu nggak kenapa? Soalnya, uangku hari itu jadi habis dan dompetku jadi kering banget, huehehehe...

Monday, May 08, 2006

Hangatnya Dukungan [2]

”Amin.. insya4JJI tak doain sidang juni. Ato sblm juni jg boleh.. Minta ddoain ibu yus katany itu yg plg manjur hehe Yo wis, ttp smangat y.. Cayo! Cayo! hehe” (Ratna, Rabu 15 Maret, 16.29)

”...goodluck ya cah ayu,mg2 lancar TA nya..amiin..” (Mbak Yeni, Kamis 16 Maret, 21.50)

”...smoga bs lls jl yus, smgt!” (Salim, Rabu 5 April, 16.38)

”Wah muga2 dimdhkan ya Yus, ncen TA ki mnguji ksabaran...” (Mbak Erti, Selasa 2 Mei 2006, 15.45)

Horcrux dan Belahan Jiwa


”Horcrux adalah sebutan bagi benda yang digunakan orang untuk menyembunyikan sebagian jiwanya. ... kau membelah jiwamu dan menyembunyikan belahannya dalam benda di luar tubuh. Kemudian, bahkan jika tubuh orang itu diserang atau dihancurkan, orang itu tak bisa mati, karena sebagian jiwanya tetap terikat kepada bumi dan utuh.” (Horace Slughorn, Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran)

Aku memikirkan kutipan di atas dengan cara yang tak bisa kupahami. Serasa jadi de ja vu, ketika tiba-tiba aku berpikir tentang belahan jiwa. Oh ya, bahkan kupikir belahan jiwa itu hampir mirip dengan asosiasi horcrux dalam pikiranku. Mungkin tidak sama persis, tapi ada kemiripannya.

Bukankah ketika kau memiliki seseorang yang kauanggap belahan jiwa, kau menyerahkan sebagian jiwamu padanya? Mendadak hari-harimu tak lagi terasa lengkap tanpanya. Kau telah kehilangan sebagian jiwamu dengan cara yang --ajaibnya-- justru lebih melengkapi hidupmu.

Seperti Voldemort yang lebih sakti karena horcrux-nya, kau juga menjadi lebih kuat karena belahan jiwamu. Kau seperti punya lebih dari satu kekuatan yang tak letih-letih menyanggamu. Padanya kausembunyikan sebagian jiwamu, suka dukamu, kisah kasihmu. Padanya kaubagi tawamu, tangismu, mimpi-mimpimu.

Lalu seperti Voldemort yang lebih mudah dibunuh setelah horcrux-nya dihancurkan, kau juga menyemai kerapuhan bila belahan jiwamu tiada. Kau akan limbung, tak tahu bagaimana harus berbuat. Kau bahkan tak bisa melakukan hal-hal sederhana tanpa kekuatan darinya.

Dan ketika kau hancur dalam kefanaan dunia, mungkin kau telah mati dalam konteks kehidupan. Tapi bukankah sejatinya kau tak pernah mati dalam kenangan hati belahan jiwamu yang telah kaudahului? Sebagian jiwamu tetap terikat padanya, membuat kau selamanya hidup dalam sanubarinya.

”Saya rasa yang paling menakjubkan dari orang-orang yang kita kasihi adalah, sebagian dari diri mereka sebenarnya terus hidup dalam diri kita meskipun mereka telah tiada. Itulah persembahan cinta mereka yang terdalam.” (Salim, 19 Oktober 2004, 23.34)

[Teruntuk belahan jiwaku, di manapun kau berada...]

Friksi

Teman A: “Yus, minta doa restunya. Insya Allah tanggal ..[sensor, red.].. aku nikah. Datang ya, wajib hukumnya.”
Aku: ......... (terdiam, sedih)

Teman B: ”TA-ku udah beres semuanya. Draft udah dimasukin. Tinggal nunggu sidang.”
Aku: ......... (terdiam, sedih)

Teman C: “Oya, alhamdulillah aku sekarang lagi hamil, Yus. 3 bulan. Doakan ya.”
Aku: ......... (terdiam, sedih)

Kenapa aku masih gini-gini aja??? Aaaaarrggghhhh...