Monday, January 02, 2006

Too Much

Malam ini aku kembali mengurai rindu yang berjela-jela. Telah lama ingin kukatakan ini kepadamu, tapi aku tak pernah punya keberanian untuk memulainya. Ah, tidak. Bukan hanya keberanian yang tak kumiliki, aku juga tak tahu bagaimana harus mengatakannya.

Kau terlalu baik. Kau memberi semua yang kubutuhkan. Kau mempercayaiku saat yang lain tidak. Kau mendukungku saat yang lain tak peduli. Kau juga berhati besar: memaafkan semua kesalahanku dan memahamiku apa adanya. It’s too much. Tak sadarkah dirimu bahwa relasi yang terlalu sempurna ini benar-benar membuatku addicted, membuatku bergantung sepenuhnya padamu? Lalu tiba-tiba tiap desah nafasku telah menjelma menjadi dirimu, membuat dadaku sesak akan dirimu.

Buatku yang dulu terbiasa menikmati kesendirian, masih aneh rasanya merasa tak berdaya tanpamu. Dan ketika kau hanya punya sedikit waktu untukku, aku merasa sakit karena telah terbiasa dengan limpahan perhatianmu. Selisih ruang dan waktu tak mampu membuatku sedikit abai akan dirimu. Pada waktu-waktu tertentu aku bahkan sangat rindu untuk berbagi denganmu, sesuatu yang dulu hampir tak pernah kulakukan dengan siapapun. Benar kata orang bahwa kerinduan adalah luka yang memerihkan. Meski kerinduan berbatas tipis dengan harapan, ia tetap sajalah menyakitkan. Menyakitkan karena ia laksana sebuah penantian sunyi yang panjang.

Adakah kadang kau dengar suara lapat-lapat dari dalam hatiku, yang berkata bahwa aku ingin sejenak berhenti bercakap denganmu? Ingin kudefinisikan rasa hati ini mengenai dirimu. Ingin kembali kuperoleh kemandirianku, kesenanganku melakukan segala sesuatu sendirian. Tapi tahukah kau bahwa aku selalu saja gagal? Kau selalu membuatku menyerah. Kau selalu membuatku membutuhkanmu lagi dan lagi. You’re just too good to be true.

Aku seperti Rubah dan kau seperti Pangeran Kecil. Kau berhasil menjinakkanku, warna jagung yang keemasan selalu mengingatkanku akan dirimu, dan aku mulai menyukai suara angin yang berhembus di ladang jagung. Dan ketika aku menangis, aku tahu itu bukan salahmu. Kau tidak pernah bermaksud untuk menyakitiku. Tapi aku sendiri yang memintamu menjinakkanku.

Kau terlalu sempurna. Dan itu ternyata meletihkan...

Tahun Baru

20.09
”Yustika, kita udah di kafe nih...” bunyi sms dari Bikka.

20.30
”Sluurp... sluurp...” suara tulang sumsum gule kambing yang asyik kunikmati di warung sate maranggi sambil menonton Arsenal main hingga pandangan sedihku karena tulang itu meloncat ke bawah meja.

23.50
”Bantu aku membencimu. Ku terlalu mencintaimu...” La Luna melantunkan tembang dari atas panggung.

Pergantian tahun kali ini begitu istimewa. Mulai dari tersesat di dunia antah-berantah, kerlap-kerlip kota dari kejauhan, suasana ceria di tengah kehangatan teman-teman, serta puncaknya... gempita pergantian tahun dan pemandangan kembang api dari Cihampelas Walk. Ditambah dengan cerita konyol soal jatuh dari motor hingga kaki terjepit celah di antara roda dan knalpot. Benar-benar patut diingat.

Bukan masalah ritual perayaan tahun baru yang penting buatku. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun baru kali ini membawa perenungan yang panjang. Itu yang berkesan. Perenungan yang panjang tentang menjadi seorang Yustika, apa yang sudah dilalui, dan apa yang akan dilakukan. Benar kata iklan, ternyata memang butuh nyali untuk menjadi diri sendiri.

Luar biasa kalau mengingat perjalananku di tahun 2005. Kembali mencari jati diri lewat dialog dengan hati, berletih-letih dengan jatuh bangunnya perasaan, kembali menemukan sumber kekuatan dan harapan, berbesar hati terhadap keadaan, hingga akhirnya berdamai dengan diri sendiri. What beautiful moments! Pada tahun 2005, tahun ke-23 aku hadir di muka bumi ini, aku melalui sebuah perjalanan yang kelak kukenang sebagai salah satu perjalanan terpenting dalam hidupku. Bertambah satu grade kedewasaanku.

Now it’s time to keep my head up to the sky. I’ll learn how to spread my wings and fly. Resolusi awal tahun telah dicanangkan. Dengan dukungan orang-orang terkasih, aku siap menyongsong momen-momen penting lain di tahun 2006 ini. Termasuk Piala Dunia 2006 di Jerman :p